Halaman

Alasan jatuh cinta yang sehat (dalam ajaran islam)

Sering banget gw baca artikel-artikel yang membahas soal alasan yang salah kenapa seseorang butuh menikah di dunia ini. Tapi, hanya sedikit artikel yang mengulas alasan-alasan yang benar kenapa seseorang butuh menikah.

Dan tak sedikit pula anak-anak Tuhan di dunia ini yang kalo ditanya, "When you merit ?" ... jawabannya pasti sesuatu yang klise seperti, "Tunggu waktu Tuhan", "Tunggu rohani siap", "Akh, urusan jodoh mah di tangan Tuhan, ga usah khawatir deh", and bla bla bla ... bla bla bla.


Jawaban yang memang (sepertinya) rohani, tapi kalo menurut gw sie terkadang jawaban-jawaban seperti itu juga bisa menjadi alasan yang rohana hehehe (alias, sebenarnya melarikan diri dari kondisi tertekan karena takut dengan pernikahan itu sendiri).

David Nicholson, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul Jatuh Cinta (judul aslinya ga tahu, soalnya pas gw nemu buku ini di toko buku udah dalam terjemahan bahasa Indonesia) mengungkapkan beberapa alasan jatuh cinta antara seorang pria dan wanita yang sehat. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Karena Membutuhkan Teman Hidup

Setiap orang di muka bumi ini mempunyai kebutuhan untuk berhubungan secara akrab dengan sedikitnya satu orang. Wajar bila kita mempunyai kebutuhan untuk mengasihi dan dikasihi oleh seseorang yang bersedia menanggung suka duka kehidupan bersama-sama sebagai teman hidup yang kita kasihi. Kebutuhan untuk menjalin hubungan akrab dengan seseorang merupakan sesuatu yang sudah tertanam dalam diri setiap individu yang sehat. Dengan perkataan lain, Allah sudah menciptakan kita seperti itu.

Kalau kita membuka Alkitab pada Kitab Kejadian pasal 1 dan 2, kita akan mendapati uraian tentang penciptaan alam semesta ini. Kita akan melihat bahwa setiap kali Allah selesai menciptakan sesuatu, dikatakan bahwa "Allah melihat bahwa semuanya itu baik". Tetapi ketika Ia melihat manusia ciptaan-Nya itu seorang diri, Ia berkata, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja". (Kejadian 2:18a).

Apakah itu berarti bahwa kita tidak akan merasa bahagia kalau kita tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain ? Bukan begitu. Akan tetapi, yang benar adalah kebahagiaan kita tidaklah optimal bila kita tidak mempunyai hubungan yang akrab dengan manusia lain tersebut. Begitu pula tidak ada seorang pun yang dapat mengalami kebahagiaan yang optimal ataupun merasakan damai dan sukacita, bila ia tidak mempunyai hubungan yang akrab dengan Penciptanya.

2. Karena Ingin Berkeluarga

Keinginan untuk mempunyai anak, untuk berperan sebagai ayah/ibu, untuk mengarahkan generasi-generasi berikutnya merupakan salah satu motivasi yang sehat dalam mencari teman hidup. Namun kalau itu adalah satu-satunya motivasi atau motivasi utama yang menyebabkan kita menikah, motivasi semacam itu dapat menjadi sesuatu yang negatif (bila demikian, kita menikah bukan karena kita mengasihi pasangan kita, tetapi karena kita sekedar hendak memperalat dia untuk mencapai "sasaran" kita pribadi: mempunyai anak).

Keinginan untuk mempunyai anak sendiri adalah sesuatu yang sudah Allah tanamkan didalam hati kita. Lihatlah Kitab Kejadian 1:28. Allah berkata kepada pasangan manusia, "Beranakcuculah dan bertambah banyak". Juga dalam Kejadian 9:1, setelah peristiwa air bah yang dahsyat itu, Allah memberikan perintah yang sama kepada Nuh dan keluarganya.

Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi (Kejadian 9:1).

Kelahiran seorang bayi merupakan pernyataan dari Allah bahwa kehidupan umat manusia di muka bumi ini harus berlanjut. Allah menghendaki kehadiran anak-anak di bumi ini. Allahlah yang merencanakan anak-anak dilahirkan di dunia ini melalui persatuan hubungan seksual yang penuh kasih dan intim antara seorang laki-laki dan seorang perempuan (suami-istri). Karena itulah, keinginan untuk berkeluarga merupakan salah satu alasan yang sehat untuk menikah.

3. Untuk Ketentraman Batin

Tidak ada salahnya bila kita ingin mempunyai hubungan yang akrab dan mantap dengan seseorang yang mau menjalani hidupnya bersama kita (seseorang yang selalu bersedia mendampingi kita pada waktu kita memerlukannya; seseorang yang dapat menjadi sandaran kita, yang dapat menangis dan tertawa bersama kita; seseorang yang mengasihi kita walau berbagai badai kehidupan menerpa, tetapi juga bersedia dikasihi oleh kita).

Di dunia ini segala sesuatu berubah dengan cepat (kadang-kadang terlalu cepat). Teman-teman datang silih berganti. Orang-orang yang kita kasihi menjadi tua dan meninggal. Apa yang kita pikir dapat bertahan selamanya tiba-tiba hancur menjadi debu dan abu.

Itulah sebabnya mengapa kita begitu terhibur oleh janji Allah yang mengatakan bahwa Ia tetap sama "baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya". Keadaan Allah yang tidak pernah berubah itu memberi kita ketentraman. Ketentraman seperti itu pulalah yang terdapat didalam hubungan kasih antara suami-istri yang saling bertautan dalam keadaan apapun juga.


Beberapa item dicuplik (dan disesuaikan kata-katanya) dari buku Jatuh Cinta by David Nicholson, Ph.D. (hal. 59 - 63)
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

Tidak ada komentar: